Jurnalis Ngawi Tuntut Prabowo Minta Maaf
Ngawi, megapos.co.id – Mulutmu harimaumu, mungkin itu cocok untuk menggambarkan betapa kata-kata itu bisa mendatangkan malapetaka. Betapa tidak, akibat pidato Prabowo Subianto tokoh partai yang mencalonkan Presiden, beberapa waktu lalu yang di dalamnya ada kalimat melecehkan wartawan, menuai kecaman dari kuli tinta seantero nusantara.
Hal itu memantik reaksi para jurnalis dari berbagai media baik cetak maupun elektronik serta online yang ada di Kabupaten Ngawi untuk melakukan aksi damai mengutuk peryantaan Prabowo yang dirasa merendahkan wartawan, Senin (10/12/2018).
Puluhan pekerja media dengan membawa berbagai poster berkumpul pada pukul 13.00 WIB di UPT Alun-alun Merdeka. Kemudian mereka bergerak dengan jalan kaki ke posko pemenangan Prabowo di Jalan Tamrin.
Di tempat itu, pengunjuk rasa ditemui oleh Suratno, pengurus posko. Mereka membentangkan spanduk yang berisi ‘Prabowo lecehkan profesi wartawan’, ‘Kami bukan antek perusak NKRI’, ‘Prabowo harus cabut pernyataan dan minta maaf’, dan juga orasi sebentar.
Di posko itu Suratno menanggapi dan mengatakan menghargai aspirasi wartawan. Dia juga akan menyampaikan protes wartawan ini kepada Prabowo Subianto. Selanjutnya peserta menuju ke perempatan Kartonyono sejauh kurang lebih 1 kilometer.
Sesampainya di Kartonyono tepatnya di Tugu Gading, beberapa wartawan melakukan berorasi mewakili organisasi pers yang dianutnya. Di antaranya Budi pengurus PWN (Persatuan Wartawan Ngawi).
Dalam orasinya di bawah terik matahari dan di bawah pengawalan polisi, wartawan Ngawi tetap menuntut Prabowo untuk meminta maaf secara terbuka dan mencabut pernyataan yang merendahkan profesi jurnalis.
“Ingat Napolion Bonaparte sang penakluk Kaisar Perancis saja lebih takut 4 koran daripada 1000 bayonet tentara, dan semua orang besar itu lahir dari pemberitaan. Kami tidak minta dihormati, tapi jangan macam-macam dengan wartawan,” teriak Budi lantang disambut kepalan tangan peserta demo tanda setuju.
Aksi damai itu berjalan kurang lebih satu jam dan berjalan dengan tertib tanpa ada sesuatu hal apapun. setelah menyampaikan unek-uneknya, puluhan wartawan akhirnya membubarkan diri.
Reporter : Budi
Editor : M. Hartono