Waspadai Munculnya Penyakit Malaria, Dinkes Siapkan Rumah Sakit dan Puskesmas
Tulungagung, megapos.co.id – Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung mengumpulkan 10 rumah sakit dan 32 Puskesmas di Tulungagung, untuk membahas masalah penyakit malaria, meski bukan wilayah endemis malaria, namun terdapat kasus penyakt malaria di Tulungagung karena penularan dari wilayah endemis.
“Kami melibatkan rumah sakit, Puskemas, klinik swasta, dokter praktik pribadi untuk mencegah penularan malaria,” kata Kasi P2M Dinkes Tulungagung, Didik Eka.
Menurut Didik, Tulungagung dinyatakan bebas malaria tahun 2015. Artinya, meskipun ada malaria bukan karena penularan di dalam wilayah Kabupaten Tulungagung.
Namun perlu kewaspadaan semua pihak, agar pasien malaria yang dari luar wilayah tidak menularkan di Tulungagung. “Kami minta semua fasilitas kesehatan yang menemukan pasien malaria segera dilaporkan ke Dinkes,” tegas Didik.
Menurutnya, malaria disebabkan oleh parasit plasmodium. Gejalanya demam, dan jika sudah kronis disertai warna kuning di selaput mukosa, seperti mata, kuku, lidah dan sebagainya. Malaria bisa disembuhkan karena ada obatnya. Obat disediakan gratis dengan dikendalikan oleh Dinkes.
“Obat ini tidak dijual bebas di apotek. Karena itu penting untuk masyarakat yang membutuhkan diberikan secara cuma cuma ( gratis)dan melapor ke Dinkes jika ada temuan kasus,” sambung Didik.
Wilayah endemis malaria yang ditetapkan Kementerian Kesehatan antara lain NTT, NTB, Papua, Bali Ambon dan sebagainya. Masyarakat yang hendak pergi ke wilayah itu untuk beberapa waktu, bisa melapor ke Dinkes.
Nantinya Dinkes akan memberi obat pencegahan malaria. “Tapi obat ini maksimal hanya bisa dikonsumsi selama satu bulan. Jadi harus diatur dengan baik,” terang Didik.
Ia menambahkan, tahun 2018 terdapat 65 pasien malaria di Tulungagung. Tahun 2019 hingga bulan Mei ada 15 kasus yang ditemukan.
Selain itu, Dinkes juga mewaspadai wilayah pantai selatan yang menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk anopheles, vektor penyebar malaria. “Di Tulungagung ada satu jenis nyamuk yang menjadi vektor malaria, yaitu anopheles sundaicus,” ungkap Didik.
Nyamuk ini hanya berkembang biak di air payau. Wilayah yang diwaspadai antara lain Pantai Klathak, Pantai Sine, Pantai Popoh, dan Pantai Sidem.
Untuk pencegahan, Dinkespun juga sudah membagikan 6.000 kelambu berinsektisida ke wilayah pantai, yang terdapat hunian penduduk. Selain itu Pemkab Tulungagung juga membayar Juru Malaria Desa (JMD), untuk mencegah cekungan air payau di wilayah pesisir. Jika tidak teratasi, maka dilakukan pembasmian larva nyamuk dengan larvasida.
Dan setiap warga pendatang dari wilayah endemis malaria juga akan diambil sampel darahnya. “Sampel darah diserahkan ke Dinkes, kalau positif malaria akan langsung kami tangani sampai sembuh,” pungkas Didik.
Reporter : Miswanto
Editor : M. Hartono