Ringankan Beban Nenek, Bocah Yatim Piyatu di Jombang Jual Layang-Layang
Jombang, megapos.co.id – Dengan peralatan seadanya, bocah laki-laki kelas 7 SMP ini tampak sibuk mengerjakan sesuatu. Tangannya memegang pisau, untuk menghaluskan bilah bambu. Sesekali ia tampak mengelap peluh yang ada di wajahnya.
Lembaran plastik bekas dari tas kresek yang telah digunting tertata rapi. Begitu pula lem sudah disiapkan, berikut kerangka dari bilah bambu. Rupanya, bocah yang lahir 13 tahun silam dengan tetenger Wisnu Angga Janatuain, ini sedang membuat layang-layang jumbo.
“Awalnya layang-layang ini saya buat bareng teman-teman. Setelah setengah jadi, lalu saya bawa pulang dan tinggal meneruskan saja. Layang-layang ini untuk saya jual,” ujarnya, Minggu (23/8/2020) kepada megapos.co.id.
Menurut Wisnu, satu layang-layang ukuran jumbo ini dipatok harga Rp 50 ribu. Sedangkan yang standar, dijualnya dengan harga Rp 20 ribu. “Uangnya saya kasihkan nenek buat makan, dan buat beli pulsa paketan agar saya dan adik bisa mengikuti pelajaran sekolah,” ujarnya.
Siswa SMPN 1 Kabuh ini ditinggal kedua orang tuanya menghadap Sang Khalik saat masih kecil. Sejak saat itu, Wisnu dan adiknya, Febby Setyaningati, siswi kelas 6 SDN Manduro 2 diasuh oleh neneknya, di Dusun Gesing Desa Manduro Kecamatan Kabuh Kabupaten Jombang.
“Bapaknya Wisnu meninggal tahun 2010, ibuknya tahun 2012. Bapaknya dulu kena stroke, dan ibunya sakit lambung. Sejak bapak ibunya meninggal, keduanya saya asuh,” tutur Tutik (52) nenek dari Wisnu dan Febby.
Janda yang baru ditinggal suaminya ke alam barzah ini menuturkan, untuk menghidupi dua cucunya, dia hanya mengandalkan hasil ladang yang disewanya dari Perhutani. Itupun hanya sejengkal.
“Jika layang-layangnya laku, uangnya oleh Wisnu diberikan kepada saya, dan buat makan. Kemarin Wisnu minta sepeda kayuh, saya nangis karena tidak bisa membelikannya,” kata Tutik.
Tutik berharap, kelak kedua cucunya bisa berguna bagi bangsa, negara dan agama. Dengan sisa-sisa tenaganya, Tutik bertekat untuk menyekolahkan kedua cucunya ke tingkat yang lebih tinggi.
Dia pun berharap agar pemerintah membantu meringankan bebannya. “Saya berharap pemerintah memperhatikan kedua cucu saya, setidaknya dengan menggratiskan biaya sekolahnya,” harapnya.
Editor : M. Hartono