DaerahHead Line NewsPendidikanTulungagung

PPDB Diduga Amburadul, Peserta Didik Rebutan Sekolah Favorit

Tulungagung, megapos.co.id  – Penerimaan peserta didik baru (PPDB) di Tulungagung diduga amburadul. Meski sudah diatur dalam sistem zonasi, tapi siswa baru yang merasa nialinya tinggi, masih rebutan untuk bisa diterima di sekolah favorit, misalnya SMPN 1 Tulungagung.

Tak jarang mereka banyak yang terpental dari seleksi PPDB gara-gara jarak rumah jauh dari sekolah. Sebab, sistem zonasi yang berlaku tahun ini memang lebih memprioritaskan jarak dari rumah menuju sekolah ketimbang nilai siswa.

Hal ini memantik reaksi dari orang tua atau wali murid yang ingin anaknya diterima di sekolah favorit lantaran punya nilai bagus. Bahkan, beberapa pihak juga berniat mendatangi kantor Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Tulungagung, untuk menyampaikan pendapat agar ada evaluasi mengenai pelaksanaan sistem zonasi umum yang dianggap merugikan banyak pihak.

Salah satu wali murid menduga jika dalam PPDB ini ada permainan. Indikasi ini terjadi di SMPN 1 Tulungagung. Menurutnya, wali murid tidak semata-mata agar anak mereka bisa masuk SMP favorit. Namun, bagi mereka, bisa mendaftar dan diterima di SMPN 1 Tulungagung dengan jarak terdekat saja pun sudah cukup.

”Untuk itu, kami meminta disdikpora mengubah sistemnya agar anak tetap bisa tertampung, dengan kebenaran sesuai peraturan yang dituangkan oleh dinas dan kementrian pendidikan.

Dikatakan, jarak rumah dengan SMPN 1 Tulungagung hanya beberapa kilometer. Tapi, setelah dilihat di pengumuman, anaknya tidak diterima di sekolah tersebut. “Ada pembukaan pendaftaran gelombang dua, namun sekarang banyak pendaftar yang melebihi pagu, dan saya menduga banyak titipan dari orang dinas,” tukasnya.

Menanggapai hal ini, koordinator server PPDB, yang juga Kepala Bidang Bina Program Disdikpora Tulungagung, Heri Purnomo, S.Pd mengatakan jika sistem PPDB harus diubah, khususnya agar bisa menampung seluruh siswa berdasar zonasi. Sebab, menilai sistem zonasi belum siap diterapkan.

Dia mencontohkan, misalnya jarak sekolah. Saat ini dengan jarak 1 kilometer sampai 2 kilometer dari sekolah saja, calon siswa belum tentu diterima di sekolah negeri. Padahal, jarak tersebut relatif dekat. ”Sistem zonasi itu sebenarnya kami setuju. Tapi, jaraknya belum merata,” ujarnya kepada megapos.co.id.

Reporter : Miswanto

Editor : M. Hartono